Persalinan Normal atau Caesar?
“Sebelum membaca lebih jauh,
ingatlah! Tidak ada ibu yang gagal di dunia ini. Setiap ibu memiliki cara
berjuang masing-masing. Seluruh dunia tidak ada yang berhak untuk mengkritik,
terutama perjuangannya untuk melahirkan si bayi mungil. Baik itu manusia yang
menapak pada bumi atau yang merasa telah melambung di atas langit.”
Beberapa
hari yang lalu, teman saya menghubungi via Whatsapp.
Kami bertukar kabar, lalu mengobrol dengan topik serius yang akan ia alami dan
telah saya alami yakni, melahirkan. Awalnya teman saya bertanya bagaimana
tanda-tanda akan melahirkan dan seperti apa rasanya. Lalu, sebuah keinginan pun
terucap dari jari-jarinya yang lentik. Dia ingin bisa melakukan persalinan
normal.
Tentu saja, hampir semua ibu di dunia ini
pasti ingin melahirkan secara normal. Namun, jika terdapat sesuatu yang tidak
bisa diduga, apa mau dikata. Tentu alternatif lain akan ditempuh. Dalam kasus
ini yang terpenting adalah keadaan ibu dan bayi.
“Aku
tetap pengen normal. Pengen merasakan menjadi ibu sejati.”
Begitulah
chat yang sempat saya baca. Saya tidak
habis pikir. Jika seorang ibu hamil melahirkan secara caesar, apakah dia tidak
bisa disebut sebagai ibu sejati? Lalu, disebut sebagai apa? Ibu yang gagal? Mungkin
itu sempat terlintas, tapi jujur saja anggapan itu terlalu kejam.
Memang,
ucapan tentang “Lahiran normal sama dengan menjadi ibu yang sesungguhnya,” sudah tidak asing lagi di telinga kita. Apalagi
bagi calon ibu yang sedang menanti buah hati. Di sini siapa yang salah? Bukan orang
yang mengucapkan hal tersebut. Namun, pola pikir dan budayalah yang patut
dipertanyakan. Seakan kalimat sebelumnya telah berkembang dan menjadi doktrin mutlak. Jujur saja,
kita semua pasti tahu anggapan tersebut telah menjamur ke mana-mana.
Saya
telah merasakan. Menjadi calon ibu tidaklah mudah. Selama lebih kurang sembilan
bulan mengandung. Kemudian dihadapkan dengan pertaruhan nyawa yang tidak kalah
sulitnya. Siapa yang akan berkata jika itu mudah? Bukan hanya nyawa sang ibu
yang diutamakan, tetapi juga nyawa si buah hati. Dalam peristiwa tersebut,
belum tentu setiap ibu memiliki jalan yang mulus. Akan tetapi, saya yakin
setiap ibu memiliki tekad untuk berjuang, termasuk memilih mana yang terbaik
untuknya dan si buah hati. Melalui operasi caesar atau persalinan secara
normal.
Tidak
mungkin seorang perempuan memilih operasi caesar tanpa alasan. Bisa saja
keadaan psikologi yang berbeda membuatnya tak mampu. Bisa juga karena plasenta
atau ketuban yang kurang mendukung membuat dokter harus mengambil tindakan. Selain
itu, ada pula jika sang ibu ternyata memiliki tekanan darah yang berisiko. Dari
sekian banyak hal yang perlu dipertimbangkan, bukankah keselamatan ibu dan anak
adalah yang utama. Lalu, mengapa masih saja ada orang yang membandingkan dan
membuat salah satu proses tersebut terkesan lebih mulia?
Pada
dasarnya, kedua proses persalinan tersebut sama-sama memiliki risiko. Untuk
persalinan normal, kontraksi demi kontraksi yang muncul untuk pembukaan cukup
membuat sang ibu meringis kesakitan. Selain itu, pengumpulan tenaga untuk
mengejan, ditambah jahitan yang harus dialami juga membuat ibu harus menahan
rasa sakit. Sementara dalam proses caesar, pemulihan yang dilakukan lebih lama
daripada persalinan normal. Bayangkan diri ibu yang disayat demi mampu mendekap
sang buah hati. Pasti akan ada bekas di perutnya dan luka itu tidak bisa
seketika sembuh. Bahkan, beberapa ibu masih bisa merasakan nyeri saat harus
mengangkat sesuatu yang berat. Jadi, bagaimana pun perjuangan yang dipilih
adalah sama. Sama-sama merasakan sakit juga bahagia karena bisa merengkuh buah hati
tercinta.
Perlakuan beda pada ibu yang baru melahirkan dapat membuat mereka stress dan
tertekan. Persalinan normal dianggap sebagai perjuangan sejati sementara
operasi dianggap tinggal baring dan selesai begitu saja. Hal itu tidak bisa
dibenarkan. Sementara pemikiran seperti itu telah merebak di masyarakat
sehingga membuat calon ibu sering was-was dengan status mereka. Apakah mereka
bisa normal ataukah tidak.
Alangkah
baiknya pemikiran semacam itu tidak dikembangbiakkan. Memang sulit untuk bisa
meluruskan semua ini di tengah masyarakat. Namun, setidaknya kita sebagai
perorangan bisa mengedukasi diri dan tidak memandang tiap-tiap ibu dengan
status proses melahirkan. Anda pasti punya ibu, bukan? Bayangkan jika hati
beliau terluka karena omongan orang yang tak bertanggung jawab. Seakan mereka
paling tahu, padahal apa yang ibu Anda lakukan hanya beliau dan Tuhan yang
benar-benar tahu.
Semoga
anggapan menyakitkan semacam itu lekas memudar. Saya tidak akan memandang hal
ini dari tingkat pendidikan atau kasta kekayaan. Karena saya tahu betul,
seorang sarjana dan orang kaya pun masih bisa memilah-milah proses melahirkan
seseorang dengan ganasnya. Jadi, hanya dengan perasaan lemah lembut dan saling
pengertianlah semua ini bisa membaik.
Setelah
Anda membaca ini, semoga tak ada lagi anggapan yang meremehkan satu sisi. Bukan
bermaksud menggurui. Saya hanya ingin berbagi dan saya pun ingin terus memberi
pengertian pada diri saya sendiri.
Terima
kasih sudah membaca. ^_^
Betul, tiap orang punya alasan mau normal atau operasi. Sebagian ga ada pilihan, jd harus operasi. Keduanya perlu perjuangan 🙏❤️
BalasHapusBetul, masih ada saja yang membanding-bandingkan melahirkan normal dan caesar. Parahnya lagi, kalau yang membanding-bandingkan ini malah pihak keluarga (ibu/ibu mertua)
BalasHapusAhhh masih ada ya emak2 nyebelin doyan nyinyir? Sy pernah merasakan semua. Normal dan sc. Semua sama2 berjuang dan berjihad insya Allah. Sama2 sakit tapi sakitnya bakal ilang kalo uda liat bayinya :)
BalasHapusPadahal semua ibu sejatinya adalah seorang ibu ketika ia sudah melahirkan baik caesar ataupun normal
BalasHapusSuka sama tulisan ini kak. Meskipun saya emak anak lima yang melahirkan normal saya gak pernah memandang remeh sama ibu lahiran caesar. Meskipun orang sering memuji saya lahiran normal tapi mereka gak tau kalo saya takut sama meja operasi..
BalasHapusBisa hamil dan melahirkan entah dengan cara apa saja sudah suatu prestasi yang terindah menurutku kak. Semoga someday Allah mengizinkanku lahiran entah caesar/normal.
BalasHapusTerkadang keinginan utk melahirkan normal aja gak cukup tanpa disertai ilmu, ilmu olah nafas, ilmu anatomi tubuh, dll ❤️ kayak mau berperang gitu deh, banyak persiapannya 👍
BalasHapusSaya dong, udah bukaan 8, udah separuh napas, ternyata masih di-caesar juga, terus ada keluarga yg bilang ,"kamu caesar karena takut ya?"
BalasHapusbener mbak. normal ataupun caesar sama sama beresiko. tidak bisa dianggap sepele. teman saya pernah mencoba lahiran normal. tapi karena gak kuat ngejan sampai pingsan akhirnya caesar. shock liatnya.
BalasHapusMasya allah.. Membaca tulisan ini, ngeri-ngeri jangan aku kak. Karena aku belum merasakan mengandung dan melahirkan. Tapu alhamdulillahnya tulisan kakak ini sudah mengedukasi aku sebelum nanti tiba masanya. Thanks for sharing kak
BalasHapusYah. Beberapa kali yuni dengar bahwa akan lebih sakit melahirkan normal ketimbang caesar.
BalasHapusPadahal kalau dipikir-pikir, bukankah keduanya juga merasakan sakit. Pun sama-sama nyawa yang menjadi taruhannya.
Jadi, mengapa harus dibanding-bandingkan?
Mau persalinan normal atau caesar keduanya punya tantangan masing-masing ya Mbak. Namun yang lebih berat dari itu adalah proses mengandung. Sungguh kalau ada anak yang tidak pandai bersikap baik pada ibunya, ia hanya tidak tahu bagaimana beratnya perjuangan mengandung dan melahirkan itu.
BalasHapus