Sudahkah Kamu Berbahasa dengan Baik dan Benar?
Bahasa
merupakan hal yang sangat penting bagi kita. Salah satu fungsinya adalah untuk
berkomunikasi. Di situasi saat ini, pasti kita sering melakukan interaksi dan
berkomunikasi dengan orang lain. Entah komunikasi tersebut secara lisan maupun
tulisan. Baik secara langsung maupun melalui media sosial.
Sebagai
manusia kita tidak mungkin untuk tidak berkomunikasi dengan orang lain. Di
dalam rumah kita melakukan komunikasi dengan keluarga. Contohnya, kita bertanya
pada ibu hari itu sudah memasak apa, apakah ayah sudah berangkat ke tempat
kerja, siapa yang mengambil es krim di kulkas semalam, dsb. Jika di rumah saja
kita bisa melakukan banyak interaksi dengan berbahasa, bagaimana dengan di luar
rumah? Pasti akan lebih beragam lagi. Bisa dengan rekan kerja, guru, atasan,
bahkan orang asing yang sedang menanyakan suatu jalan. Bahasa sebagai salah
satu fungsi utama tersebut, tentu menjadi suatu yang tak bisa lepas dari
kehidupan kita.
Perlu
diingat, bahasa yang kita gunakan sekarang bukan lahir secara instan dan
tiba-tiba. Akan tetapi, manusialah yang menciptakan bahasa tersebut karena pada
dasarnya kita membutuhkannya. Pendahulu kitalah yang melahirkan dan
mengembangkan bahasa hingga sedemikian rupa.
Pernahkah
kalian berpikir, apakah selama ini bahasa yang kalian pakai sudah baik? Juga memahami,
apakah bahasa yang kita pakai sudah benar? Sebelum membahas terlalu jauh, kita
harus menyamakan persepsi tentang bagaimana bahasa yang baik dan benar itu.
- Bahasa yang Baik
Kebaikan
dalam berbahasa tidak harus diutarakan secara benar. Bahasa seperti itu sering
kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam ragam bahasa tutur
atau lisan. Bahasa yang baik tidak diharuskan menggunakan kaidah yang berlaku
dan standar. Tidak juga harus baku dan terasa kaku. Contoh kalimatnya sebagai
berikut ini.
- Sate, Pak, dibungkus.
- Kecambah, berapa, Bu?
- Mau, dong, mangganya.
- Tu, wa, ga, lari!
- Suka nasgor?
Secara
sepintas kita sudah bisa melihat bagaimana perbedaan bahasa yang baik dengan
bahasa yang benar. Kelima kalimat di atas memperlihatkan bagaimana bahasa tidak
harus memiliki kalimat dengan kedudukan yang lengkap (SPOK) untuk bisa
dimengerti oleh lawan tuturnya. Kelima kalimat di atas juga memperlihatkan
bagaimana menyatakan bahasa secara ringkas dan efektif pada situasi tertentu.
Sekarang
kita bayangkan sebuah kejadian di mana terdapat percakapan antara tukang becak
dan seorang penumpang.
Pelanggan
: “Apakah Bang Becak bersedia mengantar saya ke Stasiun Wonokromo dan berapa
ongkosnya?”
Tukang
Becak : “Saya bersedia, Bu, dan ongkosnya Rp 15.000,00. Bagaimana, apakah Anda
setuju?”
Pelanggan
: “Terlalu mahal, Bang Becak. Bagaimana jika Rp 10.000,00 saja? Lagipula jarak
dari sini ke Stasiun Wonokromo tidak terlalu jauh.”
Tukang
Becak : “Maaf, saya tidak bisa mengantar Ibu jika ongkosnya Rp 10.000,00.
Bagaimana jika ditambah dua ribu?”
Pelanggan
: “Baiklah, saya bersedia, Bang Becak.”
Tukang
Becak : “Mari, kalau begitu, Bu.”
Percakapan
di atas merupakan percakapan antara tukang becak dan seorang penumpang dengan
menggunakan bahasa yang baku. Namun, apakah bahasa yang digunakan itu baik?
Jawabannya tidak. Penggunaan bahasa tersebut tidak cocok dengan situasi dan
lingkungan yang ada. Malah, bahasa tersebut terkesan aneh dan tidak berterima.
Dalam situasi sehari-hari, tidak mungkin percakapan seperti itu digunakan oleh
tukang becak bersama penumpangnya.
Dari
contoh yang tersedia, dapat kita simpulkan jika bahasa yang baik ialah bahasa
yang dimanfaatkan sesuai dengan golongan penutur dan situasi yang sedang
terjadi (Alwi, 21: 2010).
- Bahasa yang Benar
Nah, selanjutnya adalah bahasa yang benar. Bahasa yang benar yakni bahasa yang sesuai dengan kaidah. Kaidah seperti apa? Kaidah yang tentu saja telah diresmikan dan dikenal oleh khalayak. Selain itu, bahasa yang benar juga merupakan bahasa baku dan standar. Semua orang tentu mengetahui apa itu bahasa baku. Meskipun pada realistasnya, bahasa yang baku belum tentu dikenal secara benar, rinci, dan merata.
Dalam bahasa Indonesia, salah satu acuan berbahasa yang benar terutama pada ragam tulisan adalah PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia). Dalam sebuah kalimat, bahasa yang benar sering memiliki kedudukan kata (subjek, predikat, objek, dan keterangan) yang lengkap. Selain itu, pemakaian kata juga tidak asal-asalan. Bahasa yang sesuai kaidah ini sering atau malah wajib digunakan dalam lingkungan formal seperti di lingkungan pendidikan dan perkantoran. Bahasa yang standar tersebut juga biasa disebut sebagai bahasa formal karena penutur berasal dari golongan formal. Bahasa yang baku juga biasa dituturkan oleh seseorang yang berkedudukan rendah pada seseorang yang berkedudukan tinggi. Begitu pun sebaliknya. Contohnya sebagai berikut.
- “Apakah Saudara bisa menjelaskan apa itu campur kode?” tanya Bu Indah pada seorang mahasiswa di barisan depan.
- “Bagaimana pendapat Bapak tentang penelitian psikosomatis? Saya ingin melakukan penelitian dengan fokus tersebut,” ujar Andi saat berkonsultasi pada dosen pembimbing.
- “Selamat datang di Hotel Cendrawasih,” sambut seorang pegawai di pintu masuk hotel.
- “Jika Anda membutuhkan bantuan tentang jalan-jalan yang ada di Jogja, silakan hubungi saya,” tawar si sopir.
- “Kami menyediakan nasi goreng dan salad buah, Anda menginginkan yang mana?” tanya salah seorang pramugari yang berdiri di sisi troli.
Lima kalimat sebelumnya merupakan contoh bahasa yang baku dan benar. Di samping itu, masih banyak bahasa formal yang sering kita dengar atau ucapkan. Tidak hanya di bidang yang telah saya sebutkan di awal pembahasan. Masih banyak contoh yang ada di sekitar kita.
Nah, dari kelima kalimat di atas kita bisa mengetahui bagaimana kaidah, standar, dan tataan kalimat dari bahasa yang benar. Pemilihan kata dalam kalimat tersebut terlihat baku dan resmi. Tidak ada unsur bahasa yang berantakan ataupun terkesan mudah digunakan dalam rutinitas sehari-hari.
- Bahasa yang Baik dan Benar
Nah,
sampai di sini semoga Teman-teman mengerti tentang bahasa yang baik dan bahasa
yang benar. Lalu, seperti apa berbahasa Indonesia yang baik dan benar itu?
Alwi
menjelaskan jika berbahasa Indonesia yang baik dan benar merupakan pemakaian bahasa
yang pas dengan sasaran serta mengikuti kaidah yang benar (21:2010). Bisa juga
diartikan jika bahasa yang baik dan benar ialah bahasa yang memenuhi kebaikan
sekaligus kebenaran dalam pengaplikasiannya.
Jika
dipikirkan, bahasa yang baik dan benar sering kita jumpai di dalam ragam bahasa
tulisan. Sementara bahasa yang baik sering kita temui dalam ragam percakapan.
Contohnya sebagai berikut.
Ibu Lulu : Berapa nih, Pak, wortelnya?
Penjual Keliling : Lima ribu, mau?
Ibu Lulu : Boleh, telur sekalian sepuluh ribu ya?
Penjual Keliling : Dapat seperempat, tapi.
Ibu Lulu : Iya, enggak masalah.
Percakapan di atas merupakan cara berbahasa yang baik. Akan tetapi, tidak bisa dikatakan sebagai berbahasa yang benar karena tidak sesuai dengan kaidah. Kalimat dalam percakapan tersebut tidak lengkap dan cenderung pada fungsi pemakaian bahasa dalam lingkungan semata.
Jika kita kembali pada lima contoh kalimat bahasa yang benar, apakah kalimat tersebut termasuk dalam ragam bahasa yang baik? Jawabannya adalah iya. Mengapa? Karena kalimat tersebut juga telah memikirkan sasaran tutur dan lingkungan yang melingkupinya. Sehingga, lima kalimat tersebut dapat dikatakan sebagai bahasa yang baik dan benar.
Nah,
itu tadi penjelasan tentang bahasa yang baik, benar, serta baik dan benar.
Semoga dengan penjelasan dalam artikel ini, Teman-teman bisa memahami dan
memilah manakah bahasa yang baik, benar, serta baik dan benar itu. Tentu kalian
pernah berbahasa dengan baik, benar, serta baik dan benar. Mungkin saat kalian
berbincang dengan teman sebaya, bertanya kepada guru, melakukan presentasi di
depan kelas, dsb. Sekarang, kalian bisa membendakan tiga hal tersebut, kan?
Pembelajaran
bahasa sering dianggap remeh oleh penuturnya selama ini. Padahal, tindakan
meremehkan bisa menjadi bumerang dengan berbalik dan membuat kita canggung
dengan bahasa kita sendiri. Oleh karena itu, tidak perlu bingung dan ragu untuk
mendalami pengetahun tentang bahasa Indonesia. Semakin kita belajar, kita akan
semakin menghargai dam mencintai bahasa pemersatu kita.
Terima
kasih sudah membaca hingga akhir. Kritik dan saran dari kalian akan membuat
artikel saya menjadi lebih baik… jadi, jangan lupa untuk menanggapi ya…. Jangan
lupa juga untuk baca artikel lainnya. Sampai jumpa….
RUJUKAN :
Alwi, Hasan, dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka
Nah, selanjutnya adalah bahasa yang benar. Bahasa yang benar yakni bahasa yang sesuai dengan kaidah. Kaidah seperti apa? Kaidah yang tentu saja telah diresmikan dan dikenal oleh khalayak. Selain itu, bahasa yang benar juga merupakan bahasa baku dan standar. Semua orang tentu mengetahui apa itu bahasa baku. Meskipun pada realistasnya, bahasa yang baku belum tentu dikenal secara benar, rinci, dan merata.
Dalam bahasa Indonesia, salah satu acuan berbahasa yang benar terutama pada ragam tulisan adalah PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia). Dalam sebuah kalimat, bahasa yang benar sering memiliki kedudukan kata (subjek, predikat, objek, dan keterangan) yang lengkap. Selain itu, pemakaian kata juga tidak asal-asalan. Bahasa yang sesuai kaidah ini sering atau malah wajib digunakan dalam lingkungan formal seperti di lingkungan pendidikan dan perkantoran. Bahasa yang standar tersebut juga biasa disebut sebagai bahasa formal karena penutur berasal dari golongan formal. Bahasa yang baku juga biasa dituturkan oleh seseorang yang berkedudukan rendah pada seseorang yang berkedudukan tinggi. Begitu pun sebaliknya. Contohnya sebagai berikut.
- “Apakah Saudara bisa menjelaskan apa itu campur kode?” tanya Bu Indah pada seorang mahasiswa di barisan depan.
- “Bagaimana pendapat Bapak tentang penelitian psikosomatis? Saya ingin melakukan penelitian dengan fokus tersebut,” ujar Andi saat berkonsultasi pada dosen pembimbing.
- “Selamat datang di Hotel Cendrawasih,” sambut seorang pegawai di pintu masuk hotel.
- “Jika Anda membutuhkan bantuan tentang jalan-jalan yang ada di Jogja, silakan hubungi saya,” tawar si sopir.
- “Kami menyediakan nasi goreng dan salad buah, Anda menginginkan yang mana?” tanya salah seorang pramugari yang berdiri di sisi troli.
Lima kalimat sebelumnya merupakan contoh bahasa yang baku dan benar. Di samping itu, masih banyak bahasa formal yang sering kita dengar atau ucapkan. Tidak hanya di bidang yang telah saya sebutkan di awal pembahasan. Masih banyak contoh yang ada di sekitar kita.
Nah, dari kelima kalimat di atas kita bisa mengetahui bagaimana kaidah, standar, dan tataan kalimat dari bahasa yang benar. Pemilihan kata dalam kalimat tersebut terlihat baku dan resmi. Tidak ada unsur bahasa yang berantakan ataupun terkesan mudah digunakan dalam rutinitas sehari-hari.
Nah,
sampai di sini semoga Teman-teman mengerti tentang bahasa yang baik dan bahasa
yang benar. Lalu, seperti apa berbahasa Indonesia yang baik dan benar itu?
Alwi
menjelaskan jika berbahasa Indonesia yang baik dan benar merupakan pemakaian bahasa
yang pas dengan sasaran serta mengikuti kaidah yang benar (21:2010). Bisa juga
diartikan jika bahasa yang baik dan benar ialah bahasa yang memenuhi kebaikan
sekaligus kebenaran dalam pengaplikasiannya.
Jika
dipikirkan, bahasa yang baik dan benar sering kita jumpai di dalam ragam bahasa
tulisan. Sementara bahasa yang baik sering kita temui dalam ragam percakapan.
Contohnya sebagai berikut.
Ibu Lulu : Berapa nih, Pak, wortelnya?
Penjual Keliling : Lima ribu, mau?
Ibu Lulu : Boleh, telur sekalian sepuluh ribu ya?
Penjual Keliling : Dapat seperempat, tapi.
Ibu Lulu : Iya, enggak masalah.
Percakapan di atas merupakan cara berbahasa yang baik. Akan tetapi, tidak bisa dikatakan sebagai berbahasa yang benar karena tidak sesuai dengan kaidah. Kalimat dalam percakapan tersebut tidak lengkap dan cenderung pada fungsi pemakaian bahasa dalam lingkungan semata.
Jika kita kembali pada lima contoh kalimat bahasa yang benar, apakah kalimat tersebut termasuk dalam ragam bahasa yang baik? Jawabannya adalah iya. Mengapa? Karena kalimat tersebut juga telah memikirkan sasaran tutur dan lingkungan yang melingkupinya. Sehingga, lima kalimat tersebut dapat dikatakan sebagai bahasa yang baik dan benar.
Nah,
itu tadi penjelasan tentang bahasa yang baik, benar, serta baik dan benar.
Semoga dengan penjelasan dalam artikel ini, Teman-teman bisa memahami dan
memilah manakah bahasa yang baik, benar, serta baik dan benar itu. Tentu kalian
pernah berbahasa dengan baik, benar, serta baik dan benar. Mungkin saat kalian
berbincang dengan teman sebaya, bertanya kepada guru, melakukan presentasi di
depan kelas, dsb. Sekarang, kalian bisa membendakan tiga hal tersebut, kan?
Pembelajaran
bahasa sering dianggap remeh oleh penuturnya selama ini. Padahal, tindakan
meremehkan bisa menjadi bumerang dengan berbalik dan membuat kita canggung
dengan bahasa kita sendiri. Oleh karena itu, tidak perlu bingung dan ragu untuk
mendalami pengetahun tentang bahasa Indonesia. Semakin kita belajar, kita akan
semakin menghargai dam mencintai bahasa pemersatu kita.
Terima
kasih sudah membaca hingga akhir. Kritik dan saran dari kalian akan membuat
artikel saya menjadi lebih baik… jadi, jangan lupa untuk menanggapi ya…. Jangan
lupa juga untuk baca artikel lainnya. Sampai jumpa….
RUJUKAN :
Alwi, Hasan, dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka
RUJUKAN :
Alwi, Hasan, dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka
hehehe, bahasa anak muda jaman sekarang sudah aneh2, efek banyak ngobrol di chat.,.hihih
BalasHapusJaman sekarang,,kalo berbicara dengan bahasa Indonesia yg baku kepanjangan,heheheh
BalasHapuskalau untuk orang jawa kalau sama orang yang lebih tua atau dihormati harus pake krama alus mbak :)
BalasHapusSebagai penulis novel dan karya sastra, hal yang memperhatikan laidah bahasa memang perlu ya mbak. Nice share mbak!
BalasHapussampai sekarang masih meraba-raba gimana caranya berbahasa baik dan benar. emang susah ya walaupun udah dipelajarin di sekolah selama 12 tahun
BalasHapusSekarang udah banyak bahasa" baru (Bahasa Gaul) yang dibuat sama anak" milenial. Hehe
BalasHapusJika sudah sampai pada tahap ini dan jika diterapkan di dunia blogger. Sudah sangat layak menjadi penulis yang SEO, Hanya tinggal riset KW dan penerapan di dalam artikelnya.
BalasHapusBerbahasa yang baik dan benar harus di wajibkan.
BalasHapusApalagi jika saat mengirimkan Penawaran, Proposal, dan juga mempresentasikan ke khalayak Orang banyak
Terkadang kita tidak pakai baasa yg baik dan benar, karna lawan bicara kita udah paham ya wes.. hehehehe
BalasHapusTio-iotomagz
Zaman sekarang, mau pake bahasa yang baik dan benar aja susah bener:) dikatain noraklah dikatain gaul lah.. Padahal dalam berbagai dunia sekolah perkuliahan dan pekerjaan itu sangat diperlukan
BalasHapusMalah agak kaku ya mas, udah kebiasaan bahasa sesuai logat daerah ... mksh artikelnya 🙏
BalasHapusboleh aja sih ngomong pake bahasa singkat/gaul tp sesuai sama org nya misal sama temen, tp klo sama keluarga mah harus pake bahasa yang sopan. dan jgn lupa yang paling penting itu akhlak.
BalasHapusBenar kak. Dengan siapa kita bicara memang jadi acuan juga dalam berbahasa.
HapusDapat menjadi acuan diri memperbaiki kosa kata, cara berbicara yg dominan pakai bahasa daerah, atau bahasa pergaulan yang tidak sesuai dengan situasi apalagi dengan kaidah kebahasaan. Bermanfaat infonya terimakasih
BalasHapusKalau misal lawan bicara kita lebih nyaman memakai bahasa daerah tidak masalah kak. Itu sudah jadi ranah bahasa daerah. Jadi kenyamanan antarlawan bicara juga diutamakan, hehe. Terima kasih sudah mampir.
HapusTren bahasa gaul yang semakin marak membuat bahasa Indonesia yang sudah ada sejak dulu kala mulai hilang begitu saja, semoga kedepannya anak-anak Indonesia bisa kembali melestarikan bahasa kita tercinta ini
BalasHapusPembahasannya oke, nih!
BalasHapusBukan cuma memberi pembaca uraian saja tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dilengkapi pula dengan contohnya 👍👍
Betul Kita harus tau berbahasa yang baik agar mudah dipahami dan dimengerti.
BalasHapusSaya masih sering tidak menggunakan bahasa yang baik neh, saat memulis sepwrtinya harus banyak belajar lagi. Makasih artikelnya
BalasHapusSalam jauh Neni